Detail Penelitian

Pengembangan Model Pendidikan Karakter Berbasis Lokal (melalui pengembangan pembelajaran Budaya Alam Minangkabau)


by Admin | 56 menit yang lalu | 169 Dilihat | Kategori : Kesehatan

Detail Penelitian
Peneliti Junaidi Indrawadi, S.Pd.M.Pd
Judul Penelitian Pengembangan Model Pendidikan Karakter Berbasis Lokal (melalui pengembangan pembelajaran Budaya Alam Minangkabau)
Tahun penelitian 2013
Jenis Penelitian Riset Terapan
Lokasi Penelitian Kota Padang
Status Penelitian Sudah Selesai

Abstrak


Penelitian ini merupakan penelitian tahun pertama dari dua tahun yang direncanakan. Pada tahun pertama ini dilakukan kajian mendalam untuk menemukan model pendidikan karakter dengan basis kearifan lokal melalui pembelajaran Budaya Alam Minangkabau (BAM) di Sekolah Dasar Kota Padang. Penelitian ini diawali dengan mengekplorasi dan manganalisis implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran BAM pada Sekolah Dasar di Kota Padang yang berlangsung saat ini. Dari hasil analisis tersebut dirancang model pendidikan karakter yang terintegrasi dalam mata pelajaran BAM dengan basis kearifan lokal. Adapun target yang hendak dicapai, model yang telah dirancang akan dijadikan acuan oleh satuan pendidikan dalam pembelajaran BAM yang membawa misi pengembangan karakter peserta didik dengan basis kearifan lokal. Penelitian menggunakan pendekatan penelitian pengembangan atau Development Research, sebagaimana dinyatakan oleh Sugiyono (2011) dan Richey dan Klein (2007) bahwa penelitian pengembangan dimaksudkan untuk menentukan basis empiris guna menciptakan kreasi baru atau mengembangkan model yang akan memacu perkembangan. Penelitian diawali dengan merumuskan masalah dengan melihat kondisi pendidikan karakter melalui pembelajaran BAM yang berlangsung saat ini di Sekolah Dasar. Dilanjutkan dengan need assessment, mengumpulkan dan menganalisis data empiris, disain model, FGD, revisi model, validasi model dan dilakukan ujicoba model. Namun pada tahun pertama ini, baru sampai pada tahap lahirnya disain model pendidikan karakter dengan basis kearifan lokal. Sedangkan untuk ujicoba model dan desiminasi model secara luas akan dilakukan pada tahun ke dua. Penelitian dilakukan pada Sekolah Dasar di Kota Padang, yaitu Sekolah Dasar yang berlokasi di Pusat Kota Padang (di kecamatan Padang Barat) dengan akreditasi yang berbeda, yakni SDN Percobaan Kota Padang dengan Akreditasi A dan SDN 22 Ujung Gurun dengan Akreditasi C. Kedua, Sekolah Dasar yang berlokasi didaerah pesisir Kota Padang (Kecamatan Koto Tangah) dengan Akreditasi yang berbeda, yakni SDN 11 Lubuk Buaya Padang dengan Akreditasi A dan SDN 52 Parupuk Tabning dengan Akreditasi B. Ketiga, Sekolah Dasar yang berlokasi jauh dari pesisir pantai Kota Padang (Kecamatan Kuranji) dengan Akreditasi yang berbeda, yakni SDN 15 Kuranji dengan Akreditasi A danSDN 8 Kuranji dengan Akreditasi C. Jadi total sekolah yang menjadi objek penelitian adalah enam sekolah. Hasil penelitian tahun pertama ini menunjukkan 1) Hampir semua sekolah yang diteliti belum punya Silabus dan RPP BAM yang siap untuk di pakai. Guru hanya menggunakan buku BAM untuk SD terbitan Jasa Surya dan Bumi Aksara serta LKS “Santiang” terbitan Jasa Surya. Bahkan ada guru yang hanya menggunakan satu buku BAM saja. 2) Berdasarkan wawancara dengan guru BAM, sejak kurikulum BAM dikeluarkan tahun 1995, beluam pernah ada silabus yang bisa dijadikan acuan untuk pembuatan RPP dan pengembangan materi pembelajaran BAM. Guru mengembangkan diri sesuai dengan pengalamannya dengan bersumber dari paket dan LKS yang ada. 3) Pembelajaran BAM dilaksanakan langsung oleh guru kelas, kecuali di SDN Percobaan Padang. Di SDN Percobaan Padang, guru BAM didatangkan luar yaitu seorang ninik mamak yang cukup memahami persoalan Alam Minangkabau. Sementara disekolah lain pembelajaran BAM langsung dibelajarkan oleh guru kelas. Disini juga terungkap adanya guru kelas yang sangat kurang pemahamannya terhadap Budaya Alam Minangkabau karena mereka memang bukan orang Minang, namun mereka tetap harus membelajarkan BAM tersebut. 4) Terlihat dominasi guru sangat besar dalam pembelajaran dan pembelajaran cenderung monoton. Guru hanya berorientasi pada ketuntasan materi buku teks dan LKS. 5) Siswa tidak dilatih untuk berfikir kritis. 6) Strategi pembelajaran yang digunakan umumnya ceramah, tanya jawab dan diskusi konvensional. 7) Sebahagian guru juga minim dengan media. 8) Evaluasi pembelajaran lebih cenderung kognitif, mengabaikan penilaian afektif dan psikomotor.

Link Terkait