Detail Penelitian

Prevalensi sindrom metabolic sebagai faktor risiko penyakit degenerative dan faktor-faktor yang mempengaruhi pada guru SMA Negeri 2 Padang


by Admin | 8 hari yang lalu | 142 Dilihat | Kategori : Kesehatan

Detail Penelitian
Peneliti Arlen Defitri nazar, M. Biomed
Judul Penelitian Prevalensi sindrom metabolic sebagai faktor risiko penyakit degenerative dan faktor-faktor yang mempengaruhi pada guru SMA Negeri 2 Padang
Tahun penelitian 2013
Jenis Penelitian Riset Terapan
Lokasi Penelitian SMA N 2 Kota Padang
Status Penelitian Sudah Selesai

Abstrak


Pembangunan nasional yang dilaksanakan di Indonesia yang berdampak pada meningkatnya taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat. Sindrom metabolic (SM) adalah suatu kumpulan penyakit subklinik akibat pola hidup yang tidak sehat. Menurut World Health Organization (WHO) sindrom metabolic merupakan faktor resiko multiple untuk penyakit kardiovaskuler, sindrom ini berkembang melalui unsur yang saling terkait antara obesitas dan kerentanan metabolic (WHO, 2003). Sindrom metabolic meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Kematian akibat penyakit jantung koroner adalah 53%. Faktor-faktor yang terbukti berpengaruh pada resistensi insulin ini, meliputi faktor genetic, penggunaan stimulan dan obat tertentu serta stress (Arisman, 2008). Studi pendahuluan yang telah dilakukan pada 30 orang guru SMA 2 Padang didapat data prevalensi overweight dan obesitas sebesar 56,67%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Prevalensi Kejadian Sindrom Metabolik dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi kejadiannya di SMA Negeri 2 Padang dengan jumlah sample 55 orang. Data yang dikumpulkan meliputi data sindrom metabolic meliputi glukosa darah, trigliserida dan HDL kolesterol darah, tekanan darah, BB dan TB, lingkar pinggang dengan metode antropometri, asupan energy, karbohidrat lemak dan serat dengan wawancara menggunakan FFQ semi kuantitatif, aktifitas fisik dengan kuisioner Baecke. Data dianalisis dengan kmputerisasi dan dianalisis dengan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan 27,3% responden mengalami kejadian sindrom metabolic, 9,1% responden memiliki tingkat asupan energi yang tinggi, 10,9% responden dengan asupan lemak yang tinggi, 3,6% responden dengan tingkat asupan karbohidrat yang tinggi, 70,9% dengan asupan serat yang rendah. Sedangkan aktifitas fisik ringan terdapat pada 63,6% responden. Hasil analisa bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energy yang tinggi dengan kejadian sindrom metabolic. Disaran kepada staf dan pengajar untuk memperoleh penyuluhan tentang manfaat konsumsi makanan yang seimbang dengan jumlah yang cukup bagi tubuh dan aktifitas. Bagi staf dan pengajar yang mengalami sindrom metabolic perlu melakukan konsultasi gizi untuk menghindari terjadinya komplikasi yang membahayakan. Selain itu perlu diadakan kegiatan olahraga setiap akhir pekan untuk meningkatkan aktifitas fisik karena mengingat staf dan pengajar lebih banyak duduk dan jarang olahraga. Selanjutnya perlu dilakukan pemeriksaan lanjut bagi staf dan pengajar yang mengalami sindrom metabolic.

Link Terkait