MODEL PENGELOLAAN HULU DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BERBASIS GIS: STUDI DAS BATANG AIR DINGIN KOTA PADANG
Peneliti | Elvi Roza Syofyan, ST.,MPSDA |
Judul Penelitian | MODEL PENGELOLAAN HULU DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BERBASIS GIS: STUDI DAS BATANG AIR DINGIN KOTA PADANG |
Tahun penelitian | 2017 |
Jenis Penelitian | Riset Murni |
Lokasi Penelitian | Padang |
Status Penelitian | Dalam Proses |
Abstrak
Peristiwa dua banjir bandang di Kota Padang secara berturut-turut pada Bulan Juli dan Agustus tahun 2012 lalu yang terjadi di hulu DAS Kuranji dan DAS Batang Arau, serta banjir genangan yang meliputi areal muara DAS Air Dingin pada Tanggal 22 Maret 2016 telah memberikan pelajaran yang sangat berharga di segala aspek, yaitu dari segi antisipasi kebencanaan, konsep pengelolaan DAS jangka panjang, dan pentingnya informasi dan data teknis dan non teknis dalam pengelolaan DAS. Kedua banjir bandang tersebut terjadi di bagian hulu DAS dan menimbulkan kerugian jiwa dan harta yang cukup besar. Penyelidikan pasca bencana menyimpulkan bahwa hulu kedua DAS tersebut berada dalam kondisi kritis dan lahannya juga sudah banyak yang terbuka sehingga daya infiltrasi berkurang dan aktivitas illegal logging menyisakan potongan kayu yang membentuk tampungan di hulu, sehingga ketika intensitas hujan tinggi, tampungan tersebut pecah dan menimbulkan banjir bandang. Sedangkan kejadian banjir genangan pada Bulan Maret lalu ditengarai disebabkan intensitas hujan yang tinggi dan durasi yang lama mulai dari hulu sampai hilir DAS. Upaya pencegahan dan antisipasi bencana serupa belum memiliki konsep yang jelas, baik di hulu DAS Batang Air Dingin maupun di DAS serupa di Kota Padang, yaitu DAS Batang Arau dan DAS Kuranji. Meskipun potensi bencana ini cukup tinggi, belum terlihat upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengantisipasi akar masalah dari bencana ini. Kegiatan pemerintah lebih dipusatkan pada penanggulangan banjir biasa untuk jangka pendek seperti normalisasi badan sungai dan meninggikan tanggul untuk mencegah luapan. Padahal pola perencanaan yang dibutuhkan bukan semata berupa bangunan, melainkan termasuk perencanaan dan kebijakan. Disamping itu pola pemanfaatan lahan untuk jangka panjang dengan semakin pesatnya pengembangan di kawasan DAS Batang Air Dingin harus memiliki konsep yang jelas agar bencana serupa tidak terjadi di masa depan. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan model pengelolaan DAS pada hulu DAS Batang Air Dingin yang bisa digunakan sebagai acuan dalam pembangunan jangka panjang untuk meminimalkan terjadinya bencana, terutama banjir bandang. Pemodelan dilakukan dengan memanfaatkan Geographic Information System (GIS) sebagai basis data yang bisa diakses dengan berbagai format. Luaran dari pemodelan ini adalah informasi geospasial DAS untuk penanggulangan struktural dan kebijakan guna mengantisipasi bencana akibat pembangunan pada DAS Batang Air Dingin. Penelitian dilaksanakan dengan mengidentifikasi pola jaringan sungai, karakter hidrologi, morfologi sungai, dan perubahan tata guna lahan. Jaringan sungai dianalisa dengan Digital Elevation Model (DEM) dari ASTER GDEM dengan resolusi 30 m dan dibandingkan akurasinya dengan peta Quickbird (resolusi 0.60 m dari Bappeda Padang) dan peta Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) digital Provinsi Sumatera Barat. Tata guna lahan dianalisa dari data satelit Landsat GLCC (Global Land Cover Changes) dengan resolusi 80 m dan dari peta RTRW Provinsi Sumatera Barat. Data-data geospasial ini dianalisa dengan ArcHydro. Validasi lapangan untuk jaringan sungai dilakukan dengan GPS Mapping pada lokasi yang kritis, seperti daerah padat pemukiman, daerah yang baru dikonversi, dan alur sungai yang kritis. Profil hidrologi dan hidraulik DAS dimodelkan dengan HEC-HMS dan HEC-RAS untuk memetakan hubungan antara intensitas hujan, debit sungai, dan elevasi muka air disepanjang sungai. Dari hasil pemodelan dapat diketahui intensitas hujan yang berpotensi menyebabkan banjir dan titik-titik di sepanjang sungai yang paling rawan terhadap banjir. Selain itu dapat diketahui hubungan antara intensitas curah hujan dan besar debit banjir. Perubahan tata guna lahan disimulasikan untuk memprediksi perubahan aliran permukaan pada berbagai skenario pembangunan. Hasil ini dapat menjadi pertimbangan bagi instansi pemerintah dan masyarakat dalam mengantisipasi potensi banjir di sepanjang Batang Air Dingin seperti penataan penggunaan lahan, relokasi warga di lokasi rawan bencana, pembangunan tanggul pengaman sungai dan pengaturan elevasi muka air sungai, dan peraturan sempadan sungai. Keywords: Daerah Aliran Sungai, debit, Digital Elevation Model, tata guna lahan