KONSERVASI EK-SITU AYAM KOKOK BALENGGEK BERDASARKAN SIFAT- SIFAT REPRODUKSI, SONG LEARNING, SELEKSI BIBIT DAN DESAIN PERKAWINAN DALAM RANGKA PEMBENTUKAN GALUR UNGGUL AYAM KOKOK BALENGGEK
Peneliti | Dr. RUSFIDRA, S.Pt |
Judul Penelitian | KONSERVASI EK-SITU AYAM KOKOK BALENGGEK BERDASARKAN SIFAT- SIFAT REPRODUKSI, SONG LEARNING, SELEKSI BIBIT DAN DESAIN PERKAWINAN DALAM RANGKA PEMBENTUKAN GALUR UNGGUL AYAM KOKOK BALENGGEK |
Tahun penelitian | 2018 |
Jenis Penelitian | Riset Terapan |
Lokasi Penelitian | Sumatera Barat |
Status Penelitian | Dalam Proses |
Abstrak
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Di Indonesia terdapat sekitar 40 galur ayam lokal sebagai penghasil daging dan telur, ayam hias, ayam tipe adu dan “ayam penyanyi”. “Ayam penyanyi” adalah ayam yang memiliki suara kokok merdu dan menyenangkan hati pendengarnya. Hingga kini terdapat empat breed “ayam penyanyi” dan sangat digemari para hobiis, yaitu ayam Kokok Balenggek (AKB), Pelung, Bekisar dan Gaga. Keempat breed ayam tersebut memiliki suara kokok unik dan adanya kontes suara kokok. Harga jual ayam sangat tergantung pada kemerduan suara kokok dan keberhasilan memenangkan kontes. AKB merupakan ayam lokal spesifik di Sumatera Barat yang memiliki suara kokok merdu dan bersusun-susun (dapat mencapai 24 suku kata). Pola suara kokok AKB sangat khas dan diduga satu-satunya breed ayam dengan tipe kokok balenggek di dunia. AKB memiliki posisi yang tinggi bagi masyarakat suku Minangkabau. Ayam Pelung merupakan ayam lokal dari Cianjur, Jawa Barat. Suara kokoknya besar, merdu dan mengalun panjang. Ayam Bekisar merupakan ayam lokal berkokok pendek dan melengking tinggi dan merupakan fauna maskot Provinsi Jawa Timur. Ayam Gaga merupakan “ayam penyanyi” dari Sulawesi Selatan yang memiliki suara kokok seperti orang tertawa. Keempat breed ayam Lokal tersebut merupakan plasma nutfah yang penting di Indonesia. Pada tahun 2011 AKB, Pelung dan Gaga ditetapkan oleh Kementerian Pertanian sebagai rumpun ternak unggas nasional. Keempat breed “ayam penyanyi” tersebut merupakan objek kajian bioakustik. Sampai kini riset bioakustik pada “ayam penyanyi” Indonesia masih sangat terbatas. Artikel ini membahas recent status dan potensi pengembangan riset bioakustik pada “ayam penyanyi” di Indonesia dan kemungkinan pemanfaatannya sebagai biosensor dalam studi animal welfare. Pembahasan akan meliputi karakteristik suara kokok, analisis suara kokok dan dugaan pola pewarisan sifat berkokok merdu pada keempat breed “ayam penyanyi”. Artikel ini diharapkan bermanfaat sebagai informasi dasar riset bioakustik pada ternak unggas dan sebagai sumbangan dalam pengembangan Ilmu Ternak Unggas, khususnya terkait dengan “ayam penyanyi”.