Analisis Perkembangan Ekonomi Daerah Kota Sawahlunto
Peneliti | Prof. Dr. Syafrruddin Karimi, SE,MA |
Judul Penelitian | Analisis Perkembangan Ekonomi Daerah Kota Sawahlunto |
Tahun penelitian | 2013 |
Jenis Penelitian | Riset Terapan |
Lokasi Penelitian | Kota Sawahlunto |
Status Penelitian | Sudah Selesai |
Abstrak
1. Pertumbuhan Ekonomi Stabilitas Pertumbuhan Ekonomi Kota Sawahlunto selama 2000-2011 belum sepenuhnya terlepas dari pengaruh kekuatan ekonomi batubara, akan tetapi kontribusi Pertambangan pada 10 tahun terakhir mengalami penurunan. Pada tahun 2000 memiliki kontribusi 41.16% terhadap PDRB Kota Sawahlunto, sedangkan pada tahun 2011 memiliki kontribusi 11.21%. Sektor-sektor lain yang mendukung Pertumbuhan Ekonomi Kota Sawahlunto yaitu Perdagangan, Hotel dan Restoran, pada Tahun 2000 kontribusi Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap PDRB Kota Sawahlunto yaitu 10,06%, sedangkan pada tahun 2011 memiliki kontribusi 12,36%. Sektor-sektor yang sangat berpengaruh pada PDRB kota sawahlunto yaitu statis jasa. Pada statis ini Kontribusi terhadap PDRB pada tahun 2000 yaitu 19,09, sedangkan pada tahun 2011 memiliki Kontribusi PDRB sebesar 28,11%. Masih ada 6 sektor lagi mempunyai kontribusi terhadap PDRB, tetapi hanya 3 sektor diatas yang memiliki pengaruh besar terhadap Kontribusi PDRB Kota Sawahlunto. 2. Perkebunan Kakao Volume produksi kakao terus mengalami peningkatan sejak tahun 2008 hingga tahun 2012. Dengan luas tanaman yang menurun, produksi kakao per ha tanaman meningkat dari 0.23 ton pada tahun 2008 menjadi 0.66 ton per ha pada tahun 2012. Sementara produktivitas kakao per ha adalah 2-2.5 ton. Minimum luas tanaman kakao yang diusahakan adalah 0.01 ha, sedangkan maksimum mencapai 2 ha. Rata-rata tenaga kerja yang mengolah perkebunan kakao adalah 4 orang. Produksi kakao per ha berkisar antara 0,01 hingga 4 ton atau rata-rata 0,14 ton/ha. Harga kakao berkisar antara Rp. 12.000 – Rp. 18.000 per kg atau rata-rata Rp. 15.000 per Kg 3. Perkebunan Karet Produksi karet cenderung stagnan sehingga jumlah produksi per ha seolah-olah cenderung mengalami penurunan dimana pada tahun 2008 jumlah produksi karet sebesar 0,4 ton per ha menurun menjadi 0,25 ton per ha. Kondisi ini disebabkan tanaman karet yang berproduksi hanya sebagian saja dari total luas lahan tanaman karet yang ada. Rata-rata tenaga kerja mengolah kebun karet adalah 3 orang. Produksi karet per ha berkisar antara 0,01 hingga 0,06 atau rata-rata 18 ton/ha. Harga karet pada saat ini berkisar antra Rp. 6000-Rp.15.000 per Kg atau rata-rata Rp. 8000 per Kg 4. Peternakan Sapi Rata-rata jumlah sapi yang diternakkan responden adalah 3 ekor per rumah tangga responden. Minimum jumlah sapi yang diternakkan oleh masyarakat responden adalah 1 ekor dan paling banyak adalah 10 ekor dengan berat berkisar antara 150 kg – 800 kg per ekor. Rata-rata jumlah tenaga kerja yang memelihara sapi adalah 3 orang. Harga beli berkisar antara Rp 3 juta – Rp 12 Juta per ekor atau Rp. 4,46 juta per ekor. 5. Pertanian Padi Luas lahan pertanian padi meningkat dari 2,6 ribu ha pada tahun 2008 menjadi 3,4 ribu ha pada tahun 2012. Sementara tingkat produksi menurun dari 12,4 ribu ton pada tahun 2008 menjadi 10,9 ribu ton pada tahun 2012. Pada tahun 2008 setiap ha tanaman padi menghasilkan 4,8 ton. Produksi per ha naik menjadi 5,02 tahun pada tahun 2009, lalu turun menjadi 4,88 ton per ha pada tahun 2010. Produksi per ha kembali naik menjadi 5,01 ton pada tahun 2011, namun turun tajam menjadi 3,2 ton pada tahun 2012. Rata-rata jumlah tenaga kerja yang mengolah pertanian padi adalah 4 orang. Produksi pertanian padi berkisar antara 0,1 ton hingga 8 ton atau rata-rata 1,4 ton/ha. Harga padi berkisar antara Rp. 4000 – Rp 7.000 per Kg atau rata-rata Rp. 5.500 per Kg.