MODEL MENTORING PENCEGAHAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DENGAN MEMPERKUAT KESADARAN PRIBADI DAN MAKSIMALISASI KEARIFAN LOKAL DI DKI JAKARTA DAN SUMATERA BARAT
Peneliti | Dr. Ike Revita, M.Hum |
Judul Penelitian | MODEL MENTORING PENCEGAHAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DENGAN MEMPERKUAT KESADARAN PRIBADI DAN MAKSIMALISASI KEARIFAN LOKAL DI DKI JAKARTA DAN SUMATERA BARAT |
Tahun penelitian | 2018 |
Jenis Penelitian | Riset Murni |
Lokasi Penelitian | Sumatera Barat |
Status Penelitian | Dalam Proses |
Abstrak
Kekerasan terhadap perempuan adalah salah satu wujud tindakan yang terkategori tidak memanusiakan manusia. Perempuan diperlakukan sesuka hati yang berpotensi berujung kepada kematian. Sejarah kekerasan ini sudah ada semenjak peradaban manusia. Bahkan Capra (2014) menyebut kekerasan ini sebagai penyakit peradaban. Perempuan-perempuan korban kekerasan seakan-akan tidak berdaya disiksa dan didera baik secara fisik maupun psikis. Kasus Yuyun gadis 14 tahun yang diperkosa 14 orang laki-laki di Bengkulu hingga meregang nyawa pada tahun 2016 (Kompas, 2016) dan Shaori Ishi yang dianiaya kekasihnya di Jakarta (Liputan 6 Petang, 2016). Dari hasil penelitian ini didapatkan beberapa fakta bahwa kekerasan berpotensi terjadi pada semua perempuan dan tidak mengenal usia, profesi, tingkat pendidikan, dan daerah tempat tingal. Kekerasan ini dilakukan oleh orang dekat (yang dikenal) baik yang berasal dari keluarga inti, keluarga besar, atau lingkungan masyarakat sekitar. Pelaku kekerasan juga bisa berasal dari kelompok yang tidak dikenal korban. Modus yang digunakan bermacam-macam, mulai dari dipacar atau dijadikan kekasih kemudian dinikahi, diminta/diajak kerja lembur atau membantu pekerjaan pelaku, dipaksa, menggunakan media sosial (cyber) dengan memanipulasi data dan informasi pelaku, mendidik/mengajar pasangan. Mekanisme kekerasan ini melalui tiga fase yang berupa siklus setan‘sehingga kekerasan ini terjadi secara berulang. Beberapa draft model yang ditawarkan adalah memaksimalkan pengetahuan dan produktifitas perempuan dan keluarganya, memaksimalkan kearifan lokal, gerakan dari seluruh lini secara komprehensif, membentuk tim pengawas dari level terendah-RT hingga pemerintah pusat sehingga aktivitas kekerasan bisa terawasi, dan memaksimalkan konsep kembali ke nagari dengan filosofisnya