Penguatan Kapasitas Kesiapsiagaan Pemerintah dan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Tsunami
Peneliti | REINNY PATRISINA S.T, M.T |
Judul Penelitian | Penguatan Kapasitas Kesiapsiagaan Pemerintah dan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Tsunami |
Tahun penelitian | 2019 |
Jenis Penelitian | Riset Murni |
Lokasi Penelitian | Sumatera Barat |
Status Penelitian | Dalam Proses |
Abstrak
Sumatera Barat dijuluki laboratorium bencana Indonesia karena berbagai jenis bencana alam seperti gempa, tsunami, banjir, puting beliung, gunung meletus, tanah longsor, kekeringan, dan abrasi terjadi di sini. Sebagai laboratorium bencana, diharapkan program-program penanggulangan bencana yang baik yang dikembangkan dan diaplikasikan dan pengalaman buruk dari setiap kejadian bencana di Sumatera Barat dapat menjadi pembelajaran bagi daerah lain di Indonesia dan juga negara lain, menginggat Indonesia juga merupakan laboratorium bencana dunia. Saat ini, bencana tsunami yang dikenal dengan Mentawai megathrust diprediksi akan terjadi di Sumatera Barat dalam kurun waktu kurang dari 40 tahun kedepan, dengan perkiraan kerugian sebesar tsunami Aceh 2004. Salah satu dari tujuh kota yang terpapar bahaya tsunami dengan risiko tinggi adalah Kota Padang, dimana jumlah penduduk terpapar yaitu 323,685 jiwa. Untuk mengurangi risiko bencana (jumlah korban jiwa, korban cedera, dan kerugian harta benda), maka mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana harus menjadi perhatian serius dari masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat Sumatera Barat pada umumnya dan Kota Padang khususnya harus segera berbenah dan bersemangat memikirkan cara menghadapi risiko terburuk yang mungkin terjadi. Penelitian ini direncanakan untuk dua tahun, dimana tahun pertama difokuskan pada pengukuran kapasitas kesiapsiagaan pemerintah dan masyarakat menghadapi bencana tsunami. Metode yang akan digunakan untuk mengukur kesiapsiagaan pemerintah dan masyarakat adalah metode Fuzzy – Analytical Hiearchy Process (F-AHP). Umumnya metode deskriptif melibatkan proses pengambilan keputusan yang sangat tidak terstruktur, tidak pasti, dan subjektif. Sebagian besar pembuat keputusan memilih untuk memberikan penilaian berdasarkan pengetahuan, pengalaman terdahulu, dan keputusan subjektif. F-AHP menyediakan pendekatan untuk mengkorversikan variabel linguistik ke bilangan fuzzy berdasarkan penilaian yang ambigu sehingga diperoleh deskripsi yang akurat dari proses pemilihan keputusan. Kriteria-kriteria yang dipertimbangkan dalam pengukuran kapasitas kesiapsiagaan dijabarkan berdasarkan acuan baru dalam kegiatan pengurangan risiko bencana yang disepakati oleh 187 negara di dunia yang di fasilitasi oleh badan PBB yang membidangi kebencanaan (UN-ISDR) pada tahun 2015 di Sendai, Jepang, yaitu Sendai Framework for Disaster Risk Reduction (SFDRR) 2015-2030. Selanjutnya berdasarkan hasil pengukuran tersebut akan dirumuskan strategi untuk peningkatan kapasitas kesiapsiagaan pemerintah dan masyarakat Kota Padang dalam menghadapi bahaya yang diperkirakan akan terjadi. Tahun kedua pe