Teknologi Budidaya Minimum Input dan Ramah Lingkungan dalam Pengembangan Mangga Komersial Di Lahan Sub Optimal
Peneliti | Dr. Muryati |
Judul Penelitian | Teknologi Budidaya Minimum Input dan Ramah Lingkungan dalam Pengembangan Mangga Komersial Di Lahan Sub Optimal |
Tahun penelitian | 2015 |
Jenis Penelitian | Riset Terapan |
Lokasi Penelitian | Sumatera Barat, Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur |
Status Penelitian | Sudah Selesai |
Abstrak
Penelitian untuk mendapatkan teknologi budidaya minimum input dan ramah lingkungan dalam pengembangan mangga komersial di lahan sub optimal ini dilaksanakan di beberapa lokasi, yaitu Sumatera Barat (di laboratorium Hama dan Penyakit dan KP. Aripan Balitbu Tropika), di Balitanah Bogor dan di KP. Kraton Pasuruan Jawa Timur mulai Januari sampai Desember 2015. Penelitian ini dterdiri dari 3 kegiatan, yaitu 1) Pemanfaatan biochar dan hydrogel untuk efisiensi penggunaan air pada batang bawah mangga ,2) Formulasi pupuk majemuk berteknologi nano untuk tanaman mangga, dan 3) Aplikasi teknologi ramah lingkungan untuk mengendalikan hama penyakit utama mangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hydrogel 12 g/5 kg media mampu menahan air hingga 56 hari apabila dikombinasi dengan biochar 15% dari volume media dan mampu menahan 55 hari tanpa kombinasi dengan biochar, yang pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Berdasarkan hasil studi kebutuhan hara mangga telah dilakukan penyusunan formulasi pupuk, yaitu N:P2O5:K2O (15:12:15), N:P2O5:K2O:S (15:12:15:2,4), N:P2O5:K2O:S:Zn (15:12:15:2,4:0,67) dan N:P2O5:K2O:S:Zn:B (15:12:15:2,4:0,67:0,06). Dua formulasi yang berpengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan tanaman mangga adalah NPK (F1) dan NPK+S+Zn+B (F4). Pada kegiatan pengendalian OPT, hasil pengujian laboratorium menunjukkan bahwa fungisida nabati yang lebih efektif dibandingkan yang lain untuk mengendalikan antraknos adalah sereh wangi dan minyak cengkeh, sementara fungisida sintetis adalah Asoksistrobin (Amistar) dan Propinep (Antracol). Sedangkan hasil uji lapang fungisida nabati minyak sereh wangi dan minyak cengkeh lebih efektif dibandingkan dengan yang lain.Pengujian insektisida untuk mengendalikan kutu putih di laboratorium tidak bisa dilakukan karena belum diperolehnya metode rearing yang tepat untuk kutu putih sehingga perlakukan pengendalian langsung diuji di tingkat lapang. Berdasarkan hasil uji insektisida di lapang belum diperoleh jenis insektisida yang efektif, karena meskipun terjadi penurunan serangan kutu putih secara nyata, namun penurunan yang terjadi lebih disebabkan karena faktor lingkungan.