Abstrak

---

Penanganan infeksi dengue virus DENV memiliki tantangan yang unik, karena adanya reaksi silang antibodi yang tidak bersifat proteksi yang diperantarai oleh antibodi subnetralisasi atau dikenal juga dengan istilah antibody-dependent enhancement (ADE). Terdapat kesamaan vektor antar virus ini, dimana penularan infeksi umumnya terjadi melalui vektor Aedes aegypti dan Aedes albopictus, serta beberapa Aedes spp lainnya. Dari semua protein DENV, protein prM-E adalah imunogen yang paling baik dalam menginduksi antibodi netralisasi, sehingga banyak digunakan sebagai dasar pengembangan vaksin (khususnya vaksin rekombinana). Protein E merupakan daerah yang sangat bervariasi pada DENV, sehingga walaupun memiliki peranan utama dalam menginduksi antibodi netralisasi, namun variasi sekuen yang tinggi pada kedua daerah ini juga menyebabkan potensinya yang besar juga pada kasus ADE. Distribusi serotype dan genotype masing-masing serotype DENV bervariasi di beberapa wilayah setiap tahunnya, termasuk di Indonesia. Karena melihat adanya kemungkinan penyebaran infeksi DENV, maka karakterisasi molekular DENV dari nyamuk diperlukan untuk mendapatkan bukti sirkulasi virus dan penting untuk mendapatkan karakterisasi epidemiologi genetik yang lebih jelas. Informasi mengenai karakteristik genetik DENV penting untuk mengetahui sebaran variasi genetik dan gambaran kemungkinan virulensi serta untuk mengidentifikasi strain yang akan bertanggungjawab terhadap terjadinya outbreak termasuk aplikasi dalam pengembangan vaksin