Abstrak

---

Indonesia terletak di antara 3 plat aktif, disebalah barat Indonesia ada plat IndoAustralian, sebalah timur ada plat Pasifik dan disebelah utara timur Indonesia ada plat Philipina. Pergerakan plat Indo-Australia dibahagian Barat Indonesia adalah 7mm/tahun, beberapa gempa yang merusak menurut data base seperti 1779 (Mw 8.4), 1833 (Mw 9.2), 1861 (Mw 8.3), 2004 (Mw 9.2), 2007 (Mw 7.9), 2009 (Mw 7.6) dan terakhir 2010 (Mw 6.8). Beberapa gempa besar tersebut memunculkan tsunami. Selain pergerakan plat Indo-Australia Pulau Sumatera memiliki sumber di daratan (faultline) yang sangat berpotensi terjadi gempa-gempa besar seperti di tahun 1892 (Mw 7.1), 1927 (Mw 6.8), 1933 (Mw 7.6) dan 2007 (Mw 6.4 dan 6.5). Kota Padang adalah salah satu kota besar yang terletak dibahagian barat Indonesia, kota yang berpenduduk 1.2 juta di tahun 2015 dengan luas 600km dengan tingkat kepadatan yang tinggi yaitu 800 keluarga per 1km luas wilayah. sekitar 95% bangunan rumah di Kota Padang adalah bangunan non-engineered atau bangunan yang tidak direncanakan tidak mengikuti standar perencananaan bangunan menurut standar nasional Indonesia (SNI). Tentu sangat rentan terhadap bencana gempa dan diperparah lagi kota Padang belum memiliki sistim mitagasi yang terpadu seperti belum memiliki peta karakteristik tanah, distribusi kondisi kekuatan bangunan dan seismic mikrozonasi, dll. Kondisi geografis kota Padang yang harus siap untuk menghadapi gempa-gempa dengan masa ulang 100, 200, 500, 1000 dan 2000 tahun.