Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Antimikroba Dari Jamur Simbion Spon Laut IB-01 Asal Pulau Mandeh Sumatra Barat
Peneliti | Dr. Dra DIAN HANDAYANI Apt |
Judul Penelitian | Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Antimikroba Dari Jamur Simbion Spon Laut IB-01 Asal Pulau Mandeh Sumatra Barat |
Tahun penelitian | 2018 |
Jenis Penelitian | Riset Murni |
Lokasi Penelitian | Sumatera Barat |
Status Penelitian | Sudah Selesai |
Abstrak
Spons merupakan salah satu biota laut yang banyak ditemukan di perairan Indonesia termasuk di perairan pulau Mandeh, Sumatera Barat. Spon merupakan host yang sangat subur bagi beragam mikroorganisme simbion. Diperkirakan sekitar 40% biomassa dari spon disusun oleh komunitas mikroba. Bakteri dan jamur merupakan simbion utama dalam tubuh spons. Jamur yang bersimbiosis dengan spon dilaporkan merupakan sumber senyawa bioaktif baru yang berpotensi sebagai senyawa antimikroba, antikanker, antioksidan dan antivirus yang bermanfaat terutama di bidang farmasi dan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh isolat jamur simbion dari spon laut IB-01 dari perairan laut Sumatera Barat yang mampu menghasilkan metabolit sekunder sebagai kandidat obat antimikroba baru. Tahapan penelitian yang akan dilakukan meliputi isolasi jamur simbion, karakterisasi, kultivasi, ekstraksi, dan pengujian aktivitas antimikroba. Tahun pertama; penelitian difokuskan pada isolasi jamur simbion dari spon IB-01 yang dikoleksi di pulau Mandeh wilayah Pesisir Selatan Sumatera Barat. Isolasi jamur simbion dilakukan dengan metoda tuang menggunakan medium sabouraud dextrose agar (SDA) dan dimurnikan dengan metode gores. Isolat murni yang diperoleh pada tahap pemurnian kemudian dikultur pada media beras. Hasil kultivasi kemudian diekstraksi dengan pelarut etilasetat. Masing masing ekstrak selanjutnya diskrining terhadap aktivitas antimikroba. Isolat jamur yang menunjukkan hasil menarik dari hasil skrining bioaktivitas tersebut, selanjutnya dipilih sebagai isolat untuk tahap penelitian berikutnya yaitu isolasi dan karakteriksasi senyawa bioaktiv yang dihasilkannya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebanyak 8 jamur simbion dari spon Acanthrongylophora ingens berhasil diisolasi. Hasil skrining sitotoksik menghasilkan nilai LC50 dari masing-masing ekstrak etil asetat jamur simbion berturut turut yaitu: IB121 (44,59 ppm), IB131 (11,52 ppm), IB142 (662,2 ppm), IB161 (221,82 ppm), IB102 (172,66 ppm), IB141 (58,56 ppm), IB101 (3,801 ppm) dan IB151 (0,53 ppm). Berdasarkan hasil skrining aktivitas antibakteri terhadap B. substilis, S. epidemidis, S. typosa dan E. coli, zona penghambatan pertumbuhan terbesar dihasilkan oleh jamur strain IB141 dengan diameter hambat sebesar 14,4 mm, 11,5 mm, 10.25 mm dan 14.75 mm (pada konsentrasi 5%) masing-masing bakteri. Pemeriksaan kandungan kimia utama ekstrak etil asetat jamur simbion menunjukkan adanya kandungan senyawa fenolik, terpenoid dan steroid. Dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa jamur yang berasosiasi dengan spons laut Acanthostrongylophora ingens mampu memproduksi senyawa bioaktif, sehingga berpotensi sebagai sumber senyawa antikanker dan antibakteri yang bermanfaat terutama di bidang farmasi dan kesehatan. Hasil penelitian tersebut telah dipublikasi pada jurnal berikut: Handayani D, Aminah I. Antibacterial and cytotoxic activities of ethyl acetate extract of symbiotic fungi from West Sumatra marine sponge Acanthrongylophora ingens. J App Pharm Sci, 2017; 7 (02): 237-240